Diabetes, Patofisiologi dan Pemeriksaan Laboratorium Penunjang Diagnostik

Ilustrasi diabetes | Sumber: freepik.com

Diabetes mellitus, atau lebih dikenal sebagai diabetes, merupakan gangguan metabolisme kronis yang ditandai dengan kadar gula darah tinggi dalam jangka waktu yang lama. Ini merupakan masalah kesehatan yang semakin meningkat secara global, memengaruhi jutaan orang tanpa memandang usia, jenis kelamin, atau status sosial ekonomi. 

Dengan prevalensinya yang terus meningkat, memahami diabetes, penyebabnya, efeknya, serta strategi pencegahan dan pengelolaannya menjadi semakin penting. Artikel ini akan menjelajahi beragam aspek diabetes, mulai dari prevalensinya, faktor risiko, komplikasi, hingga strategi untuk pencegahan dan pengelolaannya.

Memahami Diabetes:

Diabetes adalah kondisi yang muncul akibat produksi insulin yang tidak mencukupi oleh pankreas atau ketidakmampuan tubuh untuk menggunakan insulin dengan efektif. Insulin merupakan hormon yang sangat penting untuk mengatur kadar gula darah. Secara umum, ada tiga jenis diabetes:

  1. Diabetes Tipe 1: Jenis diabetes ini terjadi ketika sistem kekebalan tubuh menyerang dan menghancurkan sel-sel beta yang memproduksi insulin di pankreas. Biasanya muncul pada masa anak-anak atau remaja, sehingga sebelumnya dikenal sebagai diabetes juvenil. Orang dengan diabetes tipe 1 memerlukan terapi insulin seumur hidup untuk bertahan hidup.
  2. Diabetes Tipe 2: Diabetes tipe 2 adalah jenis yang paling umum, menyumbang sekitar 90% dari semua kasus diabetes. Biasanya muncul pada usia dewasa, meskipun semakin banyak ditemui pada anak-anak dan remaja akibat meningkatnya angka obesitas. Pada diabetes tipe 2, tubuh menjadi resisten terhadap insulin atau gagal memproduksi cukup insulin untuk menjaga kadar gula darah normal.
  3. Diabetes Gestasional: Jenis diabetes ini terjadi selama kehamilan dan biasanya akan pulih setelah melahirkan. Namun, wanita yang pernah mengalami diabetes gestasional memiliki risiko lebih tinggi untuk mengembangkan diabetes tipe 2 di kemudian hari.

Prevalensi dan Faktor Risiko:

Prevalensi diabetes telah mencapai proporsi epidemi di seluruh dunia. Menurut Federasi Diabetes Internasional (IDF), sekitar 463 juta orang dewasa berusia 20-79 tahun hidup dengan diabetes pada tahun 2019, dengan proyeksi peningkatan hingga 700 juta pada tahun 2045 jika tren saat ini terus berlanjut. Beberapa faktor berkontribusi pada peningkatan prevalensi diabetes:

  1. Obesitas: Berat badan berlebih, terutama obesitas abdominal, merupakan faktor risiko utama untuk diabetes tipe 2. Gaya hidup yang kurang aktif dan pola makan tinggi kalori berkontribusi pada peningkatan angka obesitas secara global.
  2. Genetika: Predisposisi genetik memainkan peran dalam perkembangan diabetes tipe 1 dan tipe 2. Individu dengan riwayat keluarga diabetes memiliki risiko lebih tinggi.
  3. Faktor Gaya Hidup: Kebiasaan makan yang buruk, kurangnya aktivitas fisik, dan merokok meningkatkan risiko untuk mengembangkan diabetes tipe 2. Mengonsumsi minuman bersoda, makanan olahan tinggi karbohidrat sederhana, dan lemak jenuh berkontribusi pada resistensi insulin dan penambahan berat badan.
  4. Usia: Risiko untuk mengembangkan diabetes tipe 2 meningkat dengan bertambahnya usia, terutama setelah usia 45 tahun. Namun, prevalensi diabetes tipe 2 pada anak-anak dan remaja meningkat akibat peningkatan angka obesitas dan gaya hidup yang kurang aktif.
  5. Etnisitas: Beberapa kelompok etnis, seperti Afrika-Amerika, Hispanik/Latino Amerika, Amerika Asli, dan Asia-Amerika, memiliki risiko lebih tinggi untuk mengembangkan diabetes dibandingkan dengan orang Kaukasia.

Komplikasi Diabetes:

Diabetes yang tidak diobati atau dikelola dengan baik dapat menyebabkan berbagai komplikasi, mempengaruhi berbagai sistem organ dalam tubuh. Beberapa komplikasi umum meliputi:

  1. Penyakit Kardiovaskular: Diabetes secara signifikan meningkatkan risiko untuk mengembangkan penyakit jantung, stroke, dan penyakit arteri perifer. Kadar gula darah tinggi menyebabkan penumpukan deposit lemak dalam pembuluh darah, menyempitkannya, dan membatasi aliran darah.
  2. Nefropati: Diabetes adalah penyebab utama gagal ginjal. Kadar gula darah tinggi yang persisten merusak pembuluh darah kecil di ginjal, mengganggu fungsinya dari waktu ke waktu.
  3. Neuropati: Kadar gula darah yang tinggi dapat menyebabkan kerusakan saraf, mengakibatkan neuropati perifer yang ditandai dengan rasa kesemutan, mati rasa, atau nyeri pada ekstremitas. Ini juga dapat mempengaruhi saraf otonom, menyebabkan masalah pencernaan, disfungsi ereksi, dan masalah kandung kemih.
  4. Retinopati: Diabetes merupakan penyebab utama kehilangan penglihatan dan kebutaan pada orang dewasa. Kadar gula darah yang tinggi merusak pembuluh darah di retina, menyebabkan retinopati diabetes.
  5. Komplikasi Kaki: Diabetes meningkatkan risiko luka dan infeksi pada kaki akibat sirkulasi yang buruk dan kerusakan saraf. Jika tidak diobati, komplikasi kaki dapat menyebabkan infeksi yang parah dan bahkan amputasi.

Pemeriksaan Penunjang Lab untuk Diabetes 

Terdapat berbagai jenis pemeriksaan laboratorium yang digunakan untuk mendiagnosis diabetes, mengukur kontrol glukosa darah, dan memantau komplikasi yang mungkin timbul. Pemeriksaan penunjang laboratorium merupakan komponen penting dalam diagnosis dan manajemen diabetes. Mereka membantu dokter dalam mengonfirmasi diagnosis, menilai kontrol gula darah, serta memantau komplikasi yang mungkin timbul. Dengan hasil pemeriksaan yang akurat, dokter dapat merencanakan strategi pengelolaan yang tepat sesuai dengan kondisi klinis dan karakteristik individu pasien.

  1. Pemeriksaan Gula Darah Puasa: Pemeriksaan gula darah puasa adalah pemeriksaan utama untuk mendiagnosis diabetes. Pasien diminta untuk berpuasa selama minimal delapan jam sebelum pengambilan sampel darah. Hasil gula darah puasa ≥ 126 mg/dL (7.0 mmol/L) dianggap sebagai indikator diabetes. Nilai antara 100-125 mg/dL (5.6-6.9 mmol/L) menunjukkan kondisi pra-diabetes, sedangkan nilai kurang dari 100 mg/dL (5.6 mmol/L) dianggap normal.
  2. Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO): TTGO dilakukan dengan memberikan larutan glukosa kepada pasien yang kemudian diukur gula darahnya setelah dua jam. Kondisi diabetes dapat didiagnosis jika kadar glukosa darah dua jam setelah pemberian glukosa ≥ 200 mg/dL (11.1 mmol/L). Nilai antara 140-199 mg/dL (7.8-11.0 mmol/L) menunjukkan toleransi glukosa terganggu, sementara nilai kurang dari 140 mg/dL (7.8 mmol/L) dianggap normal.
  3. Hemoglobin A1c (HbA1c): HbA1c adalah tes yang mengukur kadar hemoglobin terglikasi dalam darah, yang mencerminkan kontrol gula darah rata-rata dalam waktu sekitar tiga bulan terakhir. Diagnosis diabetes biasanya ditegakkan jika HbA1c ≥ 6.5%. Nilai antara 5.7-6.4% menunjukkan kondisi pra-diabetes, sedangkan nilai kurang dari 5.7% dianggap normal.
  4. Pemeriksaan Glukosa Darah Acak: Pemeriksaan glukosa darah acak dilakukan tanpa memperhatikan waktu makan terakhir pasien. Diagnosis diabetes dapat ditegakkan jika kadar glukosa darah acak ≥ 200 mg/dL (11.1 mmol/L), disertai dengan gejala diabetes seperti poliuria (sering buang air kecil), polidipsia (haus berlebihan), dan polifagi (nafsu makan meningkat).
  5. Uji C Peptida dan Insulin: Uji C peptida dan insulin digunakan untuk menentukan apakah seorang pasien mengalami defisiensi insulin atau resistensi insulin. Kadar C peptida yang rendah menunjukkan defisiensi insulin, sementara kadar tinggi dapat mengindikasikan resistensi insulin.
  6. Pemeriksaan Lipid: Pasien dengan diabetes memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami gangguan metabolisme lipid, seperti hiperlipidemia. Pemeriksaan lipid, termasuk kolesterol total, kolesterol LDL (kolesterol jahat), kolesterol HDL (kolesterol baik), dan trigliserida, dapat membantu menilai risiko kardiovaskular pasien.
  7. Pemeriksaan Fungsi Ginjal: Diabetes adalah penyebab utama gagal ginjal. Oleh karena itu, pemeriksaan fungsi ginjal, seperti kadar serum kreatinin dan estimasi laju filtrasi glomerulus (eGFR), sangat penting untuk memantau kesehatan ginjal pasien dengan diabetes.
  8. Pemeriksaan Mikroalbuminuria: Mikroalbuminuria adalah tanda awal kerusakan ginjal pada pasien dengan diabetes. Pemeriksaan ini mengukur kadar albumin dalam urin untuk menilai fungsi ginjal pasien.

Pencegahan dan Pengelolaan Diabetes:

Meskipun diabetes tidak memiliki obat yang dapat disembuhkan sepenuhnya, langkah-langkah pencegahan dan pengelolaan yang tepat dapat membantu mengendalikan kondisi dan mencegah komplikasi. Beberapa strategi yang dapat diterapkan termasuk:

  1. Pola Makan Sehat: Mengonsumsi makanan yang kaya serat, rendah lemak jenuh, dan rendah gula dapat membantu mengatur kadar gula darah. Memilih karbohidrat kompleks, seperti biji-bijian utuh dan sayuran, serta protein sehat, seperti ikan dan kacang-kacangan, sangat dianjurkan.
  2. Aktivitas Fisik Teratur: Melakukan aktivitas fisik secara teratur dapat membantu meningkatkan sensitivitas insulin dan mengontrol berat badan. Olahraga aerobik, seperti berjalan cepat, bersepeda, atau berenang, merupakan pilihan yang baik.
  3. Pemantauan Kadar Gula Darah: Memantau secara teratur kadar gula darah dan memahami bagaimana makanan, aktivitas, dan obat-obatan mempengaruhinya sangat penting dalam pengelolaan diabetes.
  4. Menghindari Kebiasaan Merokok dan Minum Alkohol: Merokok dan konsumsi alkohol dapat memperburuk komplikasi diabetes dan meningkatkan risiko penyakit jantung. Menghentikan kebiasaan merokok dan mengonsumsi alkohol dengan bijak sangat dianjurkan.
  5. Konsultasi dengan Tenaga Kesehatan: Berkomunikasi secara teratur dengan dokter dan tim perawatan kesehatan untuk merencanakan strategi pengelolaan yang tepat sangat penting bagi penderita diabetes.

Posting Komentar